Senin, 08 Oktober 2012

KEBAHAGIAAN SEJATI

KEBAHAGIAAN SEJATI


“Kebahagiaan merupakan hadiah yang harus dicari
diperjuangkan oleh umat mansuai dengan penuh kesabaran;
Setengah jalan telah kita tempuh, kini marilah terus maju,
Tujuan sudah berada di depan kita.”
Apakah anda ingin bahagia? Jawabannya pasti “ya”. Kita semua – tanpa kecuali – ingin bahagia, walaupun pengertian mengerti kebahagiaan itu sendiri dan cara untuk mencapainya berbeda-beda.
Seorang penulis berkata, ‘Bahagia, menurut kebanyaan orang merupakan tujuan yang paling banyak dicari. Bagi orang-orang yang bernasib kruang baik, kebahagiaan seperti ujing dari pelangi yang berupa pot emas. Mereka mengejar pelangi selama hidupnya seperti mengejar bayangan masing-masing karena tidak mungkin mengejar sesuatu yang letaknya di dalam diri kita sendiri.

Kebahagiaan berada dalam jalan mencapainya dan bukan pada tujuan yagn hendak dicapai. “Ia bahagia jika memiliki cita-cita yagn tinggi dan mulia. Ia bahagia jika dapat memperkaya kehidupannya, membiarkan orang-orang lain hidup damai, memberikan sumbangan agar dunia menjadi tempat tinggal yagn lebih baik. Ia bahagia jika pekerjaan, kewajiban, dan tugas sehari-harinya diliputi oleh kasih sayang.”

Setiap maunsia mengharapkan kebahagiaan. Mereka bekerja siang malam untuk mendapat kebahagiaan walaupun sekejap saja. Tetapi, betapapun keras usaha mereka, seringkali tujuan merek abahkan bertambah jauh, mengapa hal ini dapat terjadi?

Mencari Kebahagiaan

Kehidupan modern adalah perjuangan untuk memperoleh imbalan materi, kesenangan, dan kemewahan. Corak hidup ini membawa kegelisahan dan stress, bukan kebahagiaan. Dalam hidup seseorang terdapat momen-momen pentign di masa semua materi memiliki nilai yang kecil jika dibandingkan dengan kesenagnan bathin akibat pelepasan ari hal-hal duniawi.

Dalam kehidupan awam, pentingnya kesejahteraan ekonomi untuk mencapai hidup layak tak dapat diabaikan. Kita tidak dapat menganggap orang-orang dapat berbahagia jika mereka kelaparan dan hidup dalam keadaan yang menyedihkan. Kemiskinan dan kehidupan di daerah kumuh dapat melumpuhkan kebahagiaan manusia. Sungguh menyedihkan jika sebuah keluarga besar harus hidup, makan, tidur, dan “bereproduksi” di suatu pondok yang kecil di daerah yang kumuh. Keadaan menyedihkan dari lingkungan dan kehidupan para penghuninya sering menjadikan daerah tesebut sebagai lokasi pertumbuhan kegetiran dan kejahatan kecuali daerah itu merupakan kumpulan dari orang-orang suci yang mencari kedamaian di dalam kemiskinan.

Bagaimanapun juga, kaya dan miskin, kebahagiaan dan kesengsaraan adalah istilah-istilah yang saling berhubungan. Seseorang dapat saja kaya tetapi tidak bahagia, orang lain mungkin miskin tapi bahagia. Kekayaan adalah berkah jika digunakan dengan benar dan bijaksana. Tetapi bagian yagn tragis dari kaum miskin adalah keegoisan mereka akan benda-benda materiil. Jika idaman mereka tidak terpenuhi, mereka hidup di dalam kebencian. Tragedi dari si kaya adalah kemelekatan pada harta mereka. Karena itu kebahagiaan tidak ditemukan pada kedua pihak, baik miskin maupun kaya.

Sejumlah orang menganggap bahwa seorang teman hidup yang cocok dan menyenangkan adalah sumber kebahagiaan. Hal ini mungkin saja terjadi. Lainnya menganggap bahwa anak-anak adalah sumber kebahagiaan lain, tetapi hal inipun bukan keadaan yang stanil. Seorang teman hidup dapat meninggal atau meninggalkan mereka, sementara itu ada anak-anak yang lebih banyak menimbulkan penderitaan dari pada kebahagiaan bagi orang tua mereka.

Kita harus belajar untuk puas dan bahagia dengan apa yang telah kita dapat, betapapun sedikitnya. Bahkan kita harus gembira dan puas dengan keadaan kita sekarang walaupun tidak sesuai dengan keinginan itu.

Seorang Istri Tanpa Anak

Suatu ketika terdapat pasangan miskin yang tidak mempunyai anak. Walaupun mereka bahagia dalam hal-hal lain, sang istri sangat menginginkan anak sendiri. Sang suami menyarankan untuk mengadopsi seorang anak tetapi sang istri tetap menginginkan anak yang beerasal dari darah dagingnya sendiri. Mereka mencoba segala rencana tetapi tidak berhasil; sang istri bertambah tertekan dan rasa gelisah dna kekurangan bertambah kuat dan mulai mempengaruhi bathinnya. Tetapi sang suami berangsur-angsur mulai melihat perubahan pada diri istrinya. Sang istri berpura-pura hamil, lalu ketika ia pulang, ditemukannya sang istri sedang menggendong sebuah buntelan kecil dengan gembira. Ia memeriksa buntalan tersebut dan ternyata hanya merupakan sepotong kayu kecil. Sang istri merawat “bayi”nya, memakaikan baji seperti layaknya seorang ibu. Ia bahkan membuat ranjang bayi yang hangat dan menina-bobokan “bayi”nya. Sebenarnya ia mulai berprilaku seperti seseorang anak kecil yang bermain dengan bonekanya. Sang suami yang sangat khawatir dengan keadaan istrinya, membawanya ke psikiater terkenal. Psikiater tersebut memeriksanya dengan seksama dan mencapai kesimpulan yang megnejukan tapi sangat manusiawi, yaitu wanita tersebut akhirnya menemukan kebahagiannya dengan membayangkan sesuatu yang tak dapat diraihnya dalam kenyataan. Sang psikiater memberi nasehat bahwa merenggut kebahagiaannya akan jauh lebih kejam daripada berusaha menyadarkannya dan membuang potongan kayu tersebut.

Kita melihat disini bahwa kadang-kadang keputusan kita mengenai orang lain harus didasari oleh perasaan dan bukan intelegensi semata-mata. Sambil lalu juga dapat dikatakan jika kita menginginkan sesuatu melewati batas, akan mempengaruhi bathin kita dan menganggu kestabilan perasaan kita.

Keadaan menyenangkan dalam lingkungan politik, ekonomi, dan sosial seseorang berperan penting bagi kebahagiaannya dalam masyarakat. Sir Philip Gibbs dalam bukunya, Jalan Pelepasan, berkata “Apa yang dicari oleh manusia dalam pencarian abadinya tentang kebahagiaan, adalah sejumlah sistem pemerintahan dan masyarakat yang akan memberikan setiap individu suatu kesempatan penuh dan adil untuk mengembangkan kepribadiannya sepenuhnya: melalui pekerjaan yang menyenangkan dan secukupnya; melalui keamanan bagi diri sendiri, keluarga, serta teman-temannya; seseorang yagn peka dan dermawan tak ada bahagia jika rakyat di sekitarnya menderita; melalui kesenangan minimum yang sepantasnya, dan kebebasan berpikir dan bertindak yang dibatasi hanya oleh kdoe etik untuk tidak merugikan ettangga-tetangganya. Dalam kebebasan berpikir dan bertindak tersebut, ia berkesempatan berpikir untuk berpetualang dan bersenang-senang; untuk menikmati keindahan, lebih mendalami pengetahuan, mengendalikan diri sendiri dan sekelilingnya, mencapai segala sesuatu yang bermanfaat untuk pikiran dan tubuh.

Agama Buddha mengajarkan kita untuk mengadopsi cara-cara yang benar dan tidak merugikan untuk meraih kebahagiaan. Tidak ada artinya berbahagia di atas penderitaan orang atau makhluk lain. Hal ini diuraikan oleh Sang Buddha sebagai berikut: ’Dapat hidup tanpa merugikan pihak lain adalah berkah utama.’

Unsur-unsur Kebahagiaan

Dalam usaha untuk mencapai hidup yang bahagia dan mempunyai arti, kita harus melatih rasa belas kasihan dan kebijaksaan kita, dua hal yang dapat menuntun manusia menuju puncak kesempurnaan manusiawi. Jika kita ingin mengembangkan segi perasaan saja tanpa pikiran, akan membuat kita menjadi sitolol yang berhati emas, sementara berkembangnya pikiran tanpa perasaan akan membentuk pribadi pintar berhati batu tanpa perasaan. Menurut Sang Buddha, rasa belas kasihan dan kebijkasanaan harus dikembangkan bersama-sama oleh manusia untuk mencapai kebebasan. Hidup yang baik adalah hidup yang dilandasi oleh cinta dan bimbingan oleh pengetahuan.

Apakah rasa belas kasihan itu? Rasa belas kasihan adalah cinta, kemurahan hati, keramahan dan toleransi. Belas kasihan tersebut berperan pada cinta dan perhatian terutama jika berada dalam situasi yang menguntungkan.

Dan aapa pula kebijaksanaan itu> Kebijaksanaan adalah pikiran yang melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, berperan dalam sifat-sifat mulia dari pikiran. Jika seorang pria melihat seorang wanita cantik dan terpikat olehnya, maka ia berharap untuk dapat melihatnya kembali. Ia memperoleh kenikmatan dan kepuasan dari kehadiran wanita tersebut. Tetapi jika situasi berubah dan ia tidak dapat melihatnya lagi, ia tidak boleh bertindak bodoh dan tidak masuk akal. Keadaan tak menyenangkan ini adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh manusia. Jika ia tidak memiliki kemelekatan, ia akan bebas dari penderitaan tersebut. Walaupun tidak ada bantahan terhadap kebahagiaan yang diperoleh dari kesenangan indria, sebenarnya kesenangan hidup bersifat singkat dan tidak memberikan kebahagiaan abadi. Menyadari hal ini adalah bijaksana. Kebahagiaan meliputi unsur-unsur yang sederhana dan merupakan keadaan pikiran. Hal ini tak dapat ditemui dalam benda-benda materi disekitar kita, seperti harta, kekuasaan, atau popularitas. Orang-orang yang mengumpulkan harta melebihi yang diperlukan selama hidupnya, akan kecewa pada saat mereka menyadari bahwa semua uang didunia ini tidak dapat membeli kebahagiaan, dan semuanya sudah terlambat. Pengejaran kesenagnan tak dapat disamakan dengan pengejaran kebahagiaan. Kesenangan berlalu begitu saja dan tidak memberikan kebahagiaan abadi. Kesenangan dapat dibeli, tetapi kebahagiaan tidak. Kebahagiaan berasal dari dalam diri kita, berdasarkan kebaikan dan suara hati. Tak seorangpun yang bahagia jika ia tidak puas dengan dirinya sendiri. Pengejaran ketenanga bathin hanya dapat dilakukan melalui pengembangan bathin atau meditasi. Banyak yang harus dilakukan, dan baru sedikit yang dikerjakan.Hanya dengan memahami dan membersihkan diri sendiri, benih-benih kejaikan kita yang tersembunyi dapat tumbuh dan menunjukkan sifat-sifat manusiawi kita. Tugas ini tidak mudah dan memerlukan ketekunan, ketegaran hati dan usaha. Kebahagiaan adalah parfum yang tak dapat kita semprotkan kepada orang-orang lain tanpa kecipratan sedikit untuk diri sendiri.

Jika anda ingin hidup damai dan bahagia, biarkanlah orang lain untuk hidup damai dan bahagia pula. Tanpa prinsip tersebut tidak mungkin ada kebahagiaan dan kedamaian di dunia. Dan jangan mengharapkan terima kasih dari orang lain. Dale Carnegie berkata, “Jika kita ingin menemukan kebahagiaan, jangan memikirkan terima kasih dan marilah berdana karena kepuasan yagn terkandung didalamnya.”

Manusia umumnya tidak menghargai segala sesuatu yang mudah didapat. Tetapi baru menghargainya jika sesuatu tersebut diambil. Udara dan organ-organ tubuh kita semuanya seperti sebagaimana mestinya dan kita bahkan menyalahgunakannya, kadang-kadang sudah terlambat. Seperti seekor ikan yang tidak mengetahui betapa berharganya air sampai ia dikeluarkan dari air.

“Menurut pengamatan saya, manusia merasa bahagia jika mereka berkeinginan untuk bahagia,” kata Abraham Lincoln.

Anda tak dapat memperoleh kebahagiaan dan kedamaian hanya dengan membaca paritta, tetapi perlu disertai dengan bekerja. Percaya akan dewa dan membacakan paritta untuk berkah perlindugnan tidak ada salahnya, tetapi anda pun harus mengunci pintu rumah anda, karena tidak ada jaminan bahwa dewa tersebut akan menjaga rumah anda sampai anda pulang. Anda tidak boleh mengabaikan tanggung jawab anda. Jika anda berbuat sesuai dengan etika moral, pasti akan tercipta surga di dunia ini. Tetapi jika anda melanggarnya, anda dapat merasakan api neraka di dunia ini. Manusia menggerutu jika mereka tak dapat hidup wajar sesuai dengan hukum karmma dan menciptakan masalah mereka sendiri. Jika setiap orang mencoba untuk hidup terhormat, kita semua dapat menikmati kebahagiaan surgawi didunia. Tidak perlu menciptakan surga sebagai imbalan bagi kebajikan atau nereka untuk menghukum perbuatan jahat. Kebajikan dan kejahatan memiliki balasannya masing-masing. Salah satu pertanyaan yang paling membingungkan umat manusia adalah apakah benar-benar ada tempat yang disebut ‘surga; dan ‘neraka’. Manusia tidak memiliki pengertian yang jelas tentang konsep ini.

Dimanakah surga dan neraka> Suatu ketika ada seorang bhikkhu yang gemar berkhotbah tentang sruga dan neraka. Salah satu umatnya yang merasa bosan mendengar hal ini terus , suatu hari berdiri dan bertanya: ‘Katakan dimana adanya surga dan neraka? Jika engkau tidak dapat menjawab, berarti engkau pembohong!’. Sang bhikkhu menjadi takut dan terdiam. Hal ini semakin menambah amarah umat tersebut dan ia terteriak; ‘Jawab atau kupukul kau!” Sang bhikkhu cepat-cepat memutar otaknya dan menjawab, ‘Neraka ada disekitarmu sekarang, bersama amarahmu’.

Menyadari kebenaran yang ada, umat tersebut menjadi tenang, dan mulai tertawa. Kemudian ia bertanya: ‘Lalu dimanakah surga?’ yang dijawab oleh Sang bhikkhu, ‘Surga ada di sekitarmu sekarang, bersama gelak tawamu.’ Surga dan neraka terjadi dalam hidup kita dan muncul di dalam setiap bagian di dunia dimana terdapat makhluk hidup, tanpa terpisah-pisah.

Dimanakah Kebahagiaan?

Dimanakah kita mencari kebahagiaan? ‘Didalam dirimu’, kata Sang Buddha. Tak seorangpun yang membantah bahwa kebahagiaan adalah keadaan hidup yang paling diinginkan. Kebahagiaan tidak terjadi demikian saja. Kebahagiaan adalah keadaan pada saat sadar yang tidak tergantung pada nafsu jasmani. Pria yang Puas Tanpa Baju.

Seorang raja Timru yang sangat tidak bahagia menemui seorang ahli filsafat. Ahli tersebut mensehatkan Sang Raja untuk mencari pria yang paling bahagia dan senang dalam kerajaannya dan mengenakan baju. Setelah pencarian yang lama Sang Raja akhirnya menemukan pria tersebut tetapi ia tidak memiliki baju. Seorang penulis terkenal berkata: [Berpedoman pada Sang Buddha] Jika engkau ingin menemukan pria yang paling senang dan bahagia di dunia ini, carilah pangeran dalam pakaian pengemis.

Keinginan yang tak terpuaskan adalah penyebab utama ketidak-bahagiaan. Singkirkan keinginan, dan anda akan bebas dari ketidak bahagiaan anda. ‘Aku hanya mengajarkan satu hal, kata sang Buddha ‘penyebbab dukkha dan jalan menuju lenyapnya dukkha. Seperti laut yang memiliki satu rasa, begitu juga halnya dengan ajaran-Ku yang berhubungan dengan dukkha dan lenyapnya dukkha. Aku akan menunjukkan anda jalan dari khayal menuju nyata, dari gelap ke terang, dan dari kematian menuju kekekalan.’

Damai atau kepuasan juga bergantung pada kebutuhan seseorang. Anjing menyukai tulang bukan rumput. Sapi menyukai rumput bukan tulang. Begitu pula, sejumlah orang lebih menyukai kegembiraan dari pada damai; bagi orang lain damai lebih penting dari pada kegembiraan. Seperti makanan yang lezat bagi seseorang, tetapi dapat merugikan orang lain; obat yang menyembuhkan penyakit seseorang dapat menyebabkan kematian bagi orang lain. Kesenangan seseorang dapat menyusahkan orang lain.

Kebahagiaan adalah keadaan bathin yang dapat diperoleh melalui pengembangan pikiran. Sumber-sumber luar seperti harta, popularitas kedudukan sosial, dan nama besar hanya merupakan sumber kebahagiaan sementara dan bukan sumber sejati dari kebahagiaan. Sumber yang sejati adalah pikiran yang terkendali dan dikembangkan. Pendapat bahwa ketenangan bathin tak dapat dicapai adalah salah. Setiap orang dapat mengembangkan kedamaian dan ketenangan di dalam dirinya melalui pembersihan pikiran.

Sabtu, 14 Agustus 2010

Agama Buddha di Riau


SEJARAH AGAMA BUDDHA DI PROVINSI RIAU

Agama buddha di Riau sejak dahulu sudah ada. Hal ini dapat dilihat dari situs peninggalan berupa candi Buddha yang sampai sekarang masih berdiri kokoh. Candi Muara Takus,terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Kota Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Pada masa sekarang candi Muara Takus dijadikan umat Buddha di wilayah sumatra khususnya provinsi Riau sebagai tempat untuk merayakan Tri Suci Waisak.
Situs percandian ini dikelilingi tembok dari bata putih berukuran 74 x 74 meter setinggi 80 sentimeter. Di kompleks candi yang letaknya di tepi Sungai Kampar Kanan itu terdapat empat bangunan yang terbuat dari batu bata merah bercampur pasir yang disebut Candi Mahligai, Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Palangka.
Para arkeolog belum dapat menentukan secara pasti kapan situs candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad keempat Masehi, ketujuh Masehi, kesembilan Masehi, dan ke-11 Masehi. Meski begitu, mereka sepakat Candi Muara Takus dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya (abad VII-XII Masehi).

Candi Tua Bagian Dari Situs Candi Muara Takus



Agama buddha berkembang diprovinsi riau sudah ada sejak dahulu. Mayoritas penganutnya adalah orang keturunan Tiong Hoa. Pada saat itu umat tidak mengenal tentang ajaran Buddha tapi mereka hanya melakukan buddha tradisi, yaitu sekedar melakukan pemujaan bakar dupa dan lilin.
Tahun 1958 Bapak Tan Teng Hui salah satu umat yang mengenal ajaran Buddha mulai membuat Cetya Triratna. Cetya ini dibuat pribadi oleh Bapak Tan Teng Hui tapi dibuka untuk umum. Keberadaan cetiya ini pada saat itu, maka umat Buddha dapat melakukan kebaktian bersama.
Pada tahun 1962 cetiya ini mendapat kunjungan dari Yang Arya Bhikkhu Ashin Jinarakkhita. Dibawah bimbingan beliau cetiya ini makin ramai dikunjungi umat Buddha untuk mengenal Buddha Dharma secara mendalam, Sehingga sarana tempat ibadah yang ada sudah tidak dapat menampung umat yang ingin beribadah dan mendalami Buddha Dharma. Sehinga timbul inisiatif beberapa umat Buddha untuk memperoleh sebuat tempat yang memadai.
Tahun 1962 berhasil diperoleh sebidang tanah seluas 8 x 15 meter persegi dengan bangunan non prmanen seluas 8x9 m2. Dan sejak itu bangunan yang terletak di jl. Samanhudi Gang vihara No.3 dijadikan tempat ibadah umat Buddha dengan nama Vihara Dharma Loka. Selain sebagai tempat ibadah, vihara ini merupakan pusat kegiatan perkembangan agama Buddha. Salah satunya adalah pembentukan PMVI (Persaudaraan muda-mudi Vihara Dharma Loka Indonesia) didirikan pada tanggal 10 November 1980 atas prakarsa Romo Sasanamitta.
Dalam usaha untuk menunjang keberadaan vihara dan pengembangannya, maka atas anjuran Yang Arya Bhikkhu Jinadhammo Thera pada tanggal 14 Agustus 1982, didirikan Yayasan Vihara dharma loka secara hukum  di atas Akte Notaris No.17. para pendirinya adalah Winarto T, Toni, Aulyanson, Sasanamitta dan Tam Kim Teng.
Untuk memenehi semua kebutuhan agama Buddha baik dibidang kerohanian dan pendidikan Vihara Dharma Loka dipindah ke Jln. Karet No.41. peletakan batu pertama pembangunan Vihara ini dilakukan pada tanggal 16 Januari 1989 dengan dihadiri oleh enam orang anggota sangha. Pada tahun 1991 bangunan ini sudah selesai dan sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan dan sosial dalam agama buddha,  dan berbagai aktifitas lainnya. Tanggal 30 Mei 1993 diresmikan.
Berdirinya Vihara Dharma Loka dan adanya Yayasan Dharma Loka merupakan awal bekembangnya agama Buddha  di provinsi Riau secara terorganisasi dengan baik khususnya agama Buddha dibawah naungan Majelis Buddhayana Indonesia (MBI). Karena Majelis Buddhayana Indonesia DPD Tingkat I Provinsi Riau,  Sekretariat di Vihara Dharma Loka, Jln. Karet. No.41 Pekan Baru, Riau.
Majelis Budhayana Indonesia (MBI) merupakan pembantu utama Sangha Agung Indonesia dan sebagai wadah dari Umat Budhayana: Pandita, Upasaka-Upasika, Umat Trisarana. Keberadaan MBI Riau sangat membantu perkembangan agama buddha di daerah. Mulai dari kota pekan baru agama buddha makin berkembang dan makin jelas keberadaannya sehingga bermunculan yayasan Budhis dan vihara untuk memenuhi kebutuhan agama Buddha di daerah. Agama buddha terus berkembang ke daerah seperti Bagan Siapiapi, Rengat, Bengkalis, Indragiri Hilir, indragiri hulu, Selat panjang, Tembilahan, kampar, siak, Pelalawan dan daerah lainnya. Selain yayasan dan vihara Di provinsi Riau juga banya berdiri sekolah-sekolah Budhis antara lain, Sekolah Dharma Loka di pekan Baru, sekolah Pelopor di Bagan Batu, sekolah Patria Dharma di Bengkalis, Sekolah Paramita di Rengat.
Anggota sangha  (Bhikhu) yang beperan dalam perkembangan agama Buddha di Riau antara lain: Bhikkhu Ashin Jinarakkhita, Bhikkhu Jinadhammo, Bhikkhu Karuno, Bhante Kemacaro, Bhikkhu Tira dhammo, Bhikkhu Pannapadipo, Bhikkhu Cotto, Bhiksuni Pundarika.









Sumber Penulisan Sejarah
NN. Buku kenangan Peresmian Vihara Dharma Loka, Pekan Baru Riau, 1993
Hasil wawancara dengan Ketua MBI provinsi Riau, Romo Hermanto Lai dan Romo Toni