KEBAHAGIAAN SEJATI
“Kebahagiaan merupakan hadiah yang harus dicari
diperjuangkan oleh umat mansuai dengan penuh kesabaran;
Setengah jalan telah kita tempuh, kini marilah terus maju,
Tujuan sudah berada di depan kita.”
Apakah anda ingin bahagia? Jawabannya pasti “ya”. Kita semua
– tanpa kecuali – ingin bahagia, walaupun pengertian mengerti kebahagiaan itu
sendiri dan cara untuk mencapainya berbeda-beda.
Seorang penulis berkata, ‘Bahagia, menurut kebanyaan orang
merupakan tujuan yang paling banyak dicari. Bagi orang-orang yang bernasib
kruang baik, kebahagiaan seperti ujing dari pelangi yang berupa pot emas.
Mereka mengejar pelangi selama hidupnya seperti mengejar bayangan masing-masing
karena tidak mungkin mengejar sesuatu yang letaknya di dalam diri kita sendiri.
Kebahagiaan berada dalam jalan mencapainya dan bukan pada
tujuan yagn hendak dicapai. “Ia bahagia jika memiliki cita-cita yagn tinggi dan
mulia. Ia bahagia jika dapat memperkaya kehidupannya, membiarkan orang-orang
lain hidup damai, memberikan sumbangan agar dunia menjadi tempat tinggal yagn
lebih baik. Ia bahagia jika pekerjaan, kewajiban, dan tugas sehari-harinya
diliputi oleh kasih sayang.”
Setiap maunsia mengharapkan kebahagiaan. Mereka bekerja
siang malam untuk mendapat kebahagiaan walaupun sekejap saja. Tetapi, betapapun
keras usaha mereka, seringkali tujuan merek abahkan bertambah jauh, mengapa hal
ini dapat terjadi?
Mencari Kebahagiaan
Kehidupan modern adalah perjuangan untuk memperoleh imbalan
materi, kesenangan, dan kemewahan. Corak hidup ini membawa kegelisahan dan
stress, bukan kebahagiaan. Dalam hidup seseorang terdapat momen-momen pentign
di masa semua materi memiliki nilai yang kecil jika dibandingkan dengan
kesenagnan bathin akibat pelepasan ari hal-hal duniawi.
Dalam kehidupan awam, pentingnya kesejahteraan ekonomi untuk
mencapai hidup layak tak dapat diabaikan. Kita tidak dapat menganggap
orang-orang dapat berbahagia jika mereka kelaparan dan hidup dalam keadaan yang
menyedihkan. Kemiskinan dan kehidupan di daerah kumuh dapat melumpuhkan
kebahagiaan manusia. Sungguh menyedihkan jika sebuah keluarga besar harus
hidup, makan, tidur, dan “bereproduksi” di suatu pondok yang kecil di daerah
yang kumuh. Keadaan menyedihkan dari lingkungan dan kehidupan para penghuninya
sering menjadikan daerah tesebut sebagai lokasi pertumbuhan kegetiran dan
kejahatan kecuali daerah itu merupakan kumpulan dari orang-orang suci yang
mencari kedamaian di dalam kemiskinan.
Bagaimanapun juga, kaya dan miskin, kebahagiaan dan
kesengsaraan adalah istilah-istilah yang saling berhubungan. Seseorang dapat
saja kaya tetapi tidak bahagia, orang lain mungkin miskin tapi bahagia.
Kekayaan adalah berkah jika digunakan dengan benar dan bijaksana. Tetapi bagian
yagn tragis dari kaum miskin adalah keegoisan mereka akan benda-benda materiil.
Jika idaman mereka tidak terpenuhi, mereka hidup di dalam kebencian. Tragedi
dari si kaya adalah kemelekatan pada harta mereka. Karena itu kebahagiaan tidak
ditemukan pada kedua pihak, baik miskin maupun kaya.
Sejumlah orang menganggap bahwa seorang teman hidup yang
cocok dan menyenangkan adalah sumber kebahagiaan. Hal ini mungkin saja terjadi.
Lainnya menganggap bahwa anak-anak adalah sumber kebahagiaan lain, tetapi hal
inipun bukan keadaan yang stanil. Seorang teman hidup dapat meninggal atau
meninggalkan mereka, sementara itu ada anak-anak yang lebih banyak menimbulkan
penderitaan dari pada kebahagiaan bagi orang tua mereka.
Kita harus belajar untuk puas dan bahagia dengan apa yang
telah kita dapat, betapapun sedikitnya. Bahkan kita harus gembira dan puas
dengan keadaan kita sekarang walaupun tidak sesuai dengan keinginan itu.
Seorang Istri Tanpa Anak
Suatu ketika terdapat pasangan miskin yang tidak mempunyai
anak. Walaupun mereka bahagia dalam hal-hal lain, sang istri sangat
menginginkan anak sendiri. Sang suami menyarankan untuk mengadopsi seorang anak
tetapi sang istri tetap menginginkan anak yang beerasal dari darah dagingnya
sendiri. Mereka mencoba segala rencana tetapi tidak berhasil; sang istri
bertambah tertekan dan rasa gelisah dna kekurangan bertambah kuat dan mulai
mempengaruhi bathinnya. Tetapi sang suami berangsur-angsur mulai melihat
perubahan pada diri istrinya. Sang istri berpura-pura hamil, lalu ketika ia
pulang, ditemukannya sang istri sedang menggendong sebuah buntelan kecil dengan
gembira. Ia memeriksa buntalan tersebut dan ternyata hanya merupakan sepotong
kayu kecil. Sang istri merawat “bayi”nya, memakaikan baji seperti layaknya
seorang ibu. Ia bahkan membuat ranjang bayi yang hangat dan menina-bobokan
“bayi”nya. Sebenarnya ia mulai berprilaku seperti seseorang anak kecil yang
bermain dengan bonekanya. Sang suami yang sangat khawatir dengan keadaan
istrinya, membawanya ke psikiater terkenal. Psikiater tersebut memeriksanya dengan
seksama dan mencapai kesimpulan yang megnejukan tapi sangat manusiawi, yaitu
wanita tersebut akhirnya menemukan kebahagiannya dengan membayangkan sesuatu
yang tak dapat diraihnya dalam kenyataan. Sang psikiater memberi nasehat bahwa
merenggut kebahagiaannya akan jauh lebih kejam daripada berusaha menyadarkannya
dan membuang potongan kayu tersebut.
Kita melihat disini bahwa kadang-kadang keputusan kita
mengenai orang lain harus didasari oleh perasaan dan bukan intelegensi
semata-mata. Sambil lalu juga dapat dikatakan jika kita menginginkan sesuatu
melewati batas, akan mempengaruhi bathin kita dan menganggu kestabilan perasaan
kita.
Keadaan menyenangkan dalam lingkungan politik, ekonomi, dan
sosial seseorang berperan penting bagi kebahagiaannya dalam masyarakat. Sir
Philip Gibbs dalam bukunya, Jalan Pelepasan, berkata “Apa yang dicari oleh
manusia dalam pencarian abadinya tentang kebahagiaan, adalah sejumlah sistem
pemerintahan dan masyarakat yang akan memberikan setiap individu suatu
kesempatan penuh dan adil untuk mengembangkan kepribadiannya sepenuhnya:
melalui pekerjaan yang menyenangkan dan secukupnya; melalui keamanan bagi diri
sendiri, keluarga, serta teman-temannya; seseorang yagn peka dan dermawan tak
ada bahagia jika rakyat di sekitarnya menderita; melalui kesenangan minimum
yang sepantasnya, dan kebebasan berpikir dan bertindak yang dibatasi hanya oleh
kdoe etik untuk tidak merugikan ettangga-tetangganya. Dalam kebebasan berpikir
dan bertindak tersebut, ia berkesempatan berpikir untuk berpetualang dan
bersenang-senang; untuk menikmati keindahan, lebih mendalami pengetahuan,
mengendalikan diri sendiri dan sekelilingnya, mencapai segala sesuatu yang
bermanfaat untuk pikiran dan tubuh.
Agama Buddha mengajarkan kita untuk mengadopsi cara-cara
yang benar dan tidak merugikan untuk meraih kebahagiaan. Tidak ada artinya
berbahagia di atas penderitaan orang atau makhluk lain. Hal ini diuraikan oleh
Sang Buddha sebagai berikut: ’Dapat hidup tanpa merugikan pihak lain adalah
berkah utama.’
Unsur-unsur Kebahagiaan
Dalam usaha untuk mencapai hidup yang bahagia dan mempunyai
arti, kita harus melatih rasa belas kasihan dan kebijaksaan kita, dua hal yang
dapat menuntun manusia menuju puncak kesempurnaan manusiawi. Jika kita ingin
mengembangkan segi perasaan saja tanpa pikiran, akan membuat kita menjadi
sitolol yang berhati emas, sementara berkembangnya pikiran tanpa perasaan akan
membentuk pribadi pintar berhati batu tanpa perasaan. Menurut Sang Buddha, rasa
belas kasihan dan kebijkasanaan harus dikembangkan bersama-sama oleh manusia
untuk mencapai kebebasan. Hidup yang baik adalah hidup yang dilandasi oleh
cinta dan bimbingan oleh pengetahuan.
Apakah rasa belas kasihan itu? Rasa belas kasihan adalah
cinta, kemurahan hati, keramahan dan toleransi. Belas kasihan tersebut berperan
pada cinta dan perhatian terutama jika berada dalam situasi yang menguntungkan.
Dan aapa pula kebijaksanaan itu> Kebijaksanaan adalah
pikiran yang melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, berperan dalam
sifat-sifat mulia dari pikiran. Jika seorang pria melihat seorang wanita cantik
dan terpikat olehnya, maka ia berharap untuk dapat melihatnya kembali. Ia
memperoleh kenikmatan dan kepuasan dari kehadiran wanita tersebut. Tetapi jika
situasi berubah dan ia tidak dapat melihatnya lagi, ia tidak boleh bertindak
bodoh dan tidak masuk akal. Keadaan tak menyenangkan ini adalah kenyataan yang
harus dihadapi oleh manusia. Jika ia tidak memiliki kemelekatan, ia akan bebas
dari penderitaan tersebut. Walaupun tidak ada bantahan terhadap kebahagiaan
yang diperoleh dari kesenangan indria, sebenarnya kesenangan hidup bersifat
singkat dan tidak memberikan kebahagiaan abadi. Menyadari hal ini adalah
bijaksana. Kebahagiaan meliputi unsur-unsur yang sederhana dan merupakan
keadaan pikiran. Hal ini tak dapat ditemui dalam benda-benda materi disekitar
kita, seperti harta, kekuasaan, atau popularitas. Orang-orang yang mengumpulkan
harta melebihi yang diperlukan selama hidupnya, akan kecewa pada saat mereka
menyadari bahwa semua uang didunia ini tidak dapat membeli kebahagiaan, dan
semuanya sudah terlambat. Pengejaran kesenagnan tak dapat disamakan dengan
pengejaran kebahagiaan. Kesenangan berlalu begitu saja dan tidak memberikan
kebahagiaan abadi. Kesenangan dapat dibeli, tetapi kebahagiaan tidak.
Kebahagiaan berasal dari dalam diri kita, berdasarkan kebaikan dan suara hati.
Tak seorangpun yang bahagia jika ia tidak puas dengan dirinya sendiri.
Pengejaran ketenanga bathin hanya dapat dilakukan melalui pengembangan bathin
atau meditasi. Banyak yang harus dilakukan, dan baru sedikit yang
dikerjakan.Hanya dengan memahami dan membersihkan diri sendiri, benih-benih
kejaikan kita yang tersembunyi dapat tumbuh dan menunjukkan sifat-sifat
manusiawi kita. Tugas ini tidak mudah dan memerlukan ketekunan, ketegaran hati
dan usaha. Kebahagiaan adalah parfum yang tak dapat kita semprotkan kepada
orang-orang lain tanpa kecipratan sedikit untuk diri sendiri.
Jika anda ingin hidup damai dan bahagia, biarkanlah orang lain
untuk hidup damai dan bahagia pula. Tanpa prinsip tersebut tidak mungkin ada
kebahagiaan dan kedamaian di dunia. Dan jangan mengharapkan terima kasih dari
orang lain. Dale Carnegie berkata, “Jika kita ingin menemukan kebahagiaan,
jangan memikirkan terima kasih dan marilah berdana karena kepuasan yagn
terkandung didalamnya.”
Manusia umumnya tidak menghargai segala sesuatu yang mudah
didapat. Tetapi baru menghargainya jika sesuatu tersebut diambil. Udara dan
organ-organ tubuh kita semuanya seperti sebagaimana mestinya dan kita bahkan
menyalahgunakannya, kadang-kadang sudah terlambat. Seperti seekor ikan yang
tidak mengetahui betapa berharganya air sampai ia dikeluarkan dari air.
“Menurut pengamatan saya, manusia merasa bahagia jika mereka
berkeinginan untuk bahagia,” kata Abraham Lincoln.
Anda tak dapat memperoleh kebahagiaan dan kedamaian hanya
dengan membaca paritta, tetapi perlu disertai dengan bekerja. Percaya akan dewa
dan membacakan paritta untuk berkah perlindugnan tidak ada salahnya, tetapi
anda pun harus mengunci pintu rumah anda, karena tidak ada jaminan bahwa dewa
tersebut akan menjaga rumah anda sampai anda pulang. Anda tidak boleh
mengabaikan tanggung jawab anda. Jika anda berbuat sesuai dengan etika moral,
pasti akan tercipta surga di dunia ini. Tetapi jika anda melanggarnya, anda
dapat merasakan api neraka di dunia ini. Manusia menggerutu jika mereka tak
dapat hidup wajar sesuai dengan hukum karmma dan menciptakan masalah mereka
sendiri. Jika setiap orang mencoba untuk hidup terhormat, kita semua dapat
menikmati kebahagiaan surgawi didunia. Tidak perlu menciptakan surga sebagai
imbalan bagi kebajikan atau nereka untuk menghukum perbuatan jahat. Kebajikan
dan kejahatan memiliki balasannya masing-masing. Salah satu pertanyaan yang
paling membingungkan umat manusia adalah apakah benar-benar ada tempat yang
disebut ‘surga; dan ‘neraka’. Manusia tidak memiliki pengertian yang jelas
tentang konsep ini.
Dimanakah surga dan neraka> Suatu ketika ada seorang
bhikkhu yang gemar berkhotbah tentang sruga dan neraka. Salah satu umatnya yang
merasa bosan mendengar hal ini terus , suatu hari berdiri dan bertanya:
‘Katakan dimana adanya surga dan neraka? Jika engkau tidak dapat menjawab,
berarti engkau pembohong!’. Sang bhikkhu menjadi takut dan terdiam. Hal ini
semakin menambah amarah umat tersebut dan ia terteriak; ‘Jawab atau kupukul
kau!” Sang bhikkhu cepat-cepat memutar otaknya dan menjawab, ‘Neraka ada
disekitarmu sekarang, bersama amarahmu’.
Menyadari kebenaran yang ada, umat tersebut menjadi tenang,
dan mulai tertawa. Kemudian ia bertanya: ‘Lalu dimanakah surga?’ yang dijawab
oleh Sang bhikkhu, ‘Surga ada di sekitarmu sekarang, bersama gelak tawamu.’
Surga dan neraka terjadi dalam hidup kita dan muncul di dalam setiap bagian di
dunia dimana terdapat makhluk hidup, tanpa terpisah-pisah.
Dimanakah Kebahagiaan?
Dimanakah kita mencari kebahagiaan? ‘Didalam dirimu’, kata
Sang Buddha. Tak seorangpun yang membantah bahwa kebahagiaan adalah keadaan
hidup yang paling diinginkan. Kebahagiaan tidak terjadi demikian saja.
Kebahagiaan adalah keadaan pada saat sadar yang tidak tergantung pada nafsu
jasmani. Pria yang Puas Tanpa Baju.
Seorang raja Timru yang sangat tidak bahagia menemui seorang
ahli filsafat. Ahli tersebut mensehatkan Sang Raja untuk mencari pria yang
paling bahagia dan senang dalam kerajaannya dan mengenakan baju. Setelah
pencarian yang lama Sang Raja akhirnya menemukan pria tersebut tetapi ia tidak
memiliki baju. Seorang penulis terkenal berkata: [Berpedoman pada Sang Buddha]
Jika engkau ingin menemukan pria yang paling senang dan bahagia di dunia ini,
carilah pangeran dalam pakaian pengemis.
Keinginan yang tak terpuaskan adalah penyebab utama
ketidak-bahagiaan. Singkirkan keinginan, dan anda akan bebas dari ketidak
bahagiaan anda. ‘Aku hanya mengajarkan satu hal, kata sang Buddha ‘penyebbab
dukkha dan jalan menuju lenyapnya dukkha. Seperti laut yang memiliki satu rasa,
begitu juga halnya dengan ajaran-Ku yang berhubungan dengan dukkha dan
lenyapnya dukkha. Aku akan menunjukkan anda jalan dari khayal menuju nyata,
dari gelap ke terang, dan dari kematian menuju kekekalan.’
Damai atau kepuasan juga bergantung pada kebutuhan
seseorang. Anjing menyukai tulang bukan rumput. Sapi menyukai rumput bukan
tulang. Begitu pula, sejumlah orang lebih menyukai kegembiraan dari pada damai;
bagi orang lain damai lebih penting dari pada kegembiraan. Seperti makanan yang
lezat bagi seseorang, tetapi dapat merugikan orang lain; obat yang menyembuhkan
penyakit seseorang dapat menyebabkan kematian bagi orang lain. Kesenangan
seseorang dapat menyusahkan orang lain.
Kebahagiaan adalah keadaan bathin yang dapat diperoleh
melalui pengembangan pikiran. Sumber-sumber luar seperti harta, popularitas
kedudukan sosial, dan nama besar hanya merupakan sumber kebahagiaan sementara
dan bukan sumber sejati dari kebahagiaan. Sumber yang sejati adalah pikiran
yang terkendali dan dikembangkan. Pendapat bahwa ketenangan bathin tak dapat
dicapai adalah salah. Setiap orang dapat mengembangkan kedamaian dan ketenangan
di dalam dirinya melalui pembersihan pikiran.